"Bersyukurlah saat mengalami kegagalan. Itu artinya Tuhan sudah merespon usaha kita."
Quote itu gue dapetin dari sebuah pengalaman yang panjang dan pedih. Dulu gue sempat dicap sebagai manusia gagal oleh keluarga besar, pasca gue ketauan make narkoba, punya hutang di mana-mana buat judi, dan mengalami cacat fisik pasca kecelakaan. Banyak judgement yang muncul dari mulut orang-orang, dan rata-rata bisa bikin kuping gue berkunang-kunang. Kalimat yang sering nongol adalah,
"Orang cacat gini mah, gak mungkin jadi pegawai kantoran!"
"Ngapain kuliah? Ijazahmu nggak bakal berguna, karena tubuhmu sudah tak sempurna."
"Kamu sudah tidak punya masa depan. Bisanya cuma malu-maluin keluarga!"
Itu adalah titik di mana gue ngerasa kayak orang yang nggak punya siapa-siapa di dunia. Yang gue punya ya cuma diri gue sendiri. Bunuh diri? Sebagai cowok yang baru aja ngalamin masa puber, waktu itu gue emang sempat kepikiran ide gila semacam itu. Namun, saat gue inget masih ada nyokap yang berusaha mati-matian untuk ngobatin gue, gue jadi nyadar bahwa gue nggak perlu peduli dengan apa yang orang-orang katakan. Gue cuma harus fokus untuk tidak menanam lagi kekecewaan... di hati nyokap.
Saat itu juga, gue berpikir, betapa hancurnya hati nyokap, kalo setelah semua yang beliau korbanin, gue hancurin lagi dengan cara bunuh diri. Gue pun berpikir lagi, "Gue udah dianggap punya hidup yang hina, gue nggak mau lagi mati secara hina."
Sejak kejadian itu, gue bertekad untuk menjadi manusia yang lebih baik. Tujuan gue cuma satu. Membuktikan ke diri gue sendiri bahwa gue masih punya masa depan yang layak. Gue meyakinkan diri gue sendiri bahwa masa depan gue, gue sendiri yang nentuin, bukan ditentuin oleh omongan orang lain.
Sepuluh tahun berselang sejak kejadian hina itu, sekarang gue udah duduk di kursi kantor yang dulu gue rintis bareng sohib-sohib gue di Jakarta. Gue udah bisa ngelunasin semua hutang keluarga gue, gue udah bisa mencukupi kebutuhan-kebutuhan gue, dan yang terpenting, gue udah buktiin bahwa gue punya masa depan yang layak.
Gimana gue bisa di posisi sekarang? Bukankah dulu gue hampir nggak punya apa-apa?
Yap.. Dulu gue emang masih bukan siapa-siapa, dan nggak punya apa-apa. Tapi yang jelas, gue punya HARAPAN dan CINTA dari orang tua. Dengan berbekal dua hal itu, gue mampu berjuang mati-matian untuk merintis karier gue sendiri, tanpa peduli gimana jadinya nanti, yang jelas gue mau berdikari.
Buat lo yang ngerasa sempat jadi sampah, atau masih ngerasa sebagai sampah. Atau elo yang baru aja mengalami kegagalan, gue mau ngasih beberapa petunjuk yang mungkin akan mencerahkan.
1. Gagal di usia muda? Biasa.
Banyak teman-teman seusia gue dulu yang nggak berani mencoba sesuatu karena mereka takut gagal. Mereka takut salah. Mereka takut hancur. Padahal, menurut gue, usia muda adalah investasi yang paling berharga. Di usia itu, kita masih bisa melakukan segalanya. Kita masih bisa mencoba hal-hal baru tanpa ada kekhawatiran tentang hidup kita sendiri.
Beda kasus kalo misal sudah berkeluarga, sudah punya tanggung jawab untuk menafkahi istri dan mungkin anak, kita bakal lebih susah lagi untuk berusaha mencoba hal baru karena kita takut, bila salah langkah, anak istri nggak bisa lagi dapet nafkah. So, mumpung masih muda dan merdeka, kenapa lo takut gagal? Segala resiko atas kegagalan di usia muda, yang bakal nanggung cuma elo, bukan orang lain yang hidupnya sudah diletakkan di pundak elo.
2. Kalo nggak gagal, kita nggak belajar.
Mungkin banyak yang mikir, kegagalan adalah akhir dari segalanya, sehingga mereka takut mengalami kegagalan. Padahal, kalo kita mau mengubah mindset, kegagalan justru memberikan pelajaran. Setiap benda yang kita gunakan setiap hari, pastinya punya aroma kegagalan. Contoh simpelnya, telepon. Waktu menciptakan telepon, tak mungkin om Graham Bell langsung kebayang bentuknya panjang, bulat, ada speaker & micnya. Pastinya dia mencoba menciptakan telepon dari benda-benda yang masih sangat sederhana yang akhirnya mengalami kegagalan. Nah, dari setiap kegagalan itu, om Graham jadi tau, bahan-bahan apa aja yang kurang, sehingga telepon yang dia buat pun menjadi sempurna.
Contoh lebih simpel lagi, Ningsih pengin bisa masak untuk pacarnya, Supri. Karena dia mau belajar, dia pun berani untuk gagal. Dia mencoba untuk menggoreng ikan, tapi karena dia tidak tau berapa lama idealnya menggoreng ikan, akhirnya ikan itu malah menjadi fosil. Dari kegagalan itu, Ningsih jadi belajar bahwa dia tidak boleh menggoreng ikan selama 5 jam. Dia coba lagi menggoreng ikan selama 4 jam, ternyata ikannya masih gosong. Dia coba dan coba terus hingga dia tau ikan yang matang sempurna itu digoreng berapa lama. Nah, dari contoh-contoh itu, masih nggak percayakah elo bahwa pelajaran adalah anak dari kegagalan?
3. Gagal adalah tanda bahwa kita sudah berani berusaha.
Seperti Quote di pembuka tulisan ini, kegagalan itu adalah tanda bahwa Tuhan sudah merespon usaha kita. Bukankah kita harusnya senang, saat usaha kita udah direspon pihak lain? Bukannya lebih menyedihkan kalo usaha kita cuma berbuah kecuekan?
Dengan teori itu, maka seharusnya kita tidak perlu down di saat mengalami kegagalan. Kalo kita percaya bahwa Tuhan adalah yang menentukan keberhasilan kita, tentunya sebelum menentukan keberhasilan itu, DIA harus tau sudah sebesar apa usaha kita. Nah, dengan diberi kegagalan, artinya Tuhan sudah merespon usaha kita. Dan DIA perlu diyakinkan lagi tentang sudah pantaskah kita diberi keberhasilan?
4. Habiskan jatah gagal.
Gue selalu percaya, semua hal dalam hidup itu punya batas. Lautan yang luas pun punya batas, apalagi kegagalan. So, kalo kita sering mengalami kegagalan, yang perlu kita lakukan ya cuma terus berusaha dan berusaha aja. Habiskan juga jatah gagal kita hingga ke ambang batasnya. Nah, kalo jatah gagalnya udah habis, artinya yang kita punya tinggal apa? Keberhasilan lah.
Opini gue di atas bukan cuma isapan jempol mas-mas MLM. Gue udah ngalamin sendiri tentang "menghabiskan jatah gagal" itu. Dulu, taun 2008-2009, gue nyoba masukin naskah buku pertama gue demi mengejar impian gue sebagai penulis buku. Dan alhamdulillah, nggak langsung diterima. Naskah gue ditolakin penerbit-penerbit mulu, hingga kurang lebih 12 penerbit nolak naskah gue. Namun yang gue syukuri, sebagian dari penerbit yang nolakin naskah buku gue itu ngasih alasan kenapa mereka nolak naskah gue. So, gue jadi tau bagian mana yang kudu dibenerin dari naskah itu. Akhirnya, di percobaan mengirim naskah untuk yang ke 13 kalinya, naskah gue akhirnya diterima oleh salah satu penerbit besar lokal.
Apakah di situ gue udah dianggep berhasil?
Kalo dianggep berhasil menjadi penulis buku, sudah. Tapi kalo ditanya apakah sudah menjadi penulis buku sukses? Belom. Buku pertama gue itu cuma terjual sekitar 1000an eksemplar. Yang kalo diitung royaltinya, nggak bakal cukup buat bayar SPP kuliah. Tapi gue juga mengakui, pasar nggak bisa dibohongi. Tulisan gue di buku pertama gue itu emang masih menjijikan. So, dari kegagalan itu, gue vakum nulis buku selama 3 tahun untuk belajar menulis lagi dengan lebih tekun. Dan di tahun 2012, nongol deh buku kedua gue, SKRIPSHIT. Hingga saat ini, buku kedua gue masih banyak di pasaran dan sudah cetak ulang 8 kali. Di situ, gue udah ngerasa bisa mencapai impian gue untuk jadi penulis buku yang sukses di kenal oleh masyarakat. Gue pun lanjut nulis buku-buku lagi, dan lagi-lagi Tuhan ngasih kejutan. Buku terbaru gue RELATIONSHIT dibeli hak tayangnya oleh sebuah PH, sebulan setelah rilis. Yap.. RELATIONSHIT bakal diangkat jadi film di layar lebar, dan pak produser mempercayakan penulisan skenario ke gue sendiri. Bahkan, beliau "menyekolahkan" gue untuk menjadi penulis skenario. Yap.. Berawal dari blogger yang pengin jadi penulis buku, sekarang gue malah bisa jadi penulis skenario. Yeay!
Nah, dari fakta-fakta itu, masihkah kalian takut sama kegagalan?
Satu lagi yang perlu diinget.. Kalo kita selalu gagal ngedapetin apa yang kita INGINKAN, yakin aja Tuhan bakal menggantinya dengan hal yang memang kita BUTUHKAN. Karena yang diinginkan itu belum tentu bermanfaat, sedangkan yang dibutuhkan pastinya lebih bermanfaat.
Satu lagi yang perlu diinget.. Kalo kita selalu gagal ngedapetin apa yang kita INGINKAN, yakin aja Tuhan bakal menggantinya dengan hal yang memang kita BUTUHKAN. Karena yang diinginkan itu belum tentu bermanfaat, sedangkan yang dibutuhkan pastinya lebih bermanfaat.
Yap.. This is the end of the post. Kalo kalian mau sharing tentang kegagalan-kegagalan kalian, atau pengalaman tentang cara kalian survive dari kegagalan-kegagalan itu, silakan share di comment box ya! Thanks for reading. Semoga berguna.
0 Response to "Tentang Kegagalan"
Post a Comment